PENGARUH FENOMENA INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP PALEOEKOLOGI DAN PALEOPRODUKTIVITAS FORAMINIFERA DI PERAIRAN SELAT SUNDA PADA WAKTU PLEISTOSEN-HOLOSEN

  • Eldian Yosua Budiarto Institut Teknologi Bandung
  • Khoiril Anwar Maryunani KK Paleontologi dan Geologi Kuarter, Institut Teknologi Bandung
  • Luli Gustiantini Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Abstract

Sari - Selat Sunda termasuk bagian dari Paparan Sunda yang merupakan salah satu paparan terbesar di dunia, dengan perairan regional yang dipengaruhi oleh South Java Current (SJC). Daerah Selat Sunda juga menjadi daerah yang terpengaruh oleh Indian Ocean Dipole (IOD) positif dan negatif yang diinisiasi oleh intensifikasi siklus Hadley dan interaksi muson Asia-Australia. IOD negatif dicirikan oleh peristiwa peningkatan curah hujan di bagian barat Indonesia yang diikuti oleh iklim kering di timur Afrika. Sebaliknya, IOD positif dicirikan oleh pendinginan suhu permukaan laut (SPL) dan peningkatan produktivitas di perairan barat Sumatera dikarenakan peningkatan upwelling. Selama peristiwa Last Glacial Maximum (LGM), tinggi permukaan air laut lebih rendah mendekati 130 m di bawah permukaan laut saat ini dan menyebabkan Paparan Sunda terekspos menjadi Sundaland. Paparan Sunda mengalami flooding pada ~10.000 tahun lalu akibat peningkatan eustasi yang menyebabkan perairan Selat Sunda terkoneksi dengan Laut Jawa seperti saat ini. Penelitian ini dilakukan pada inti batuan BS-05 yang termasuk dalam perairan Selat Sunda dengan koordinat 7° 1′38.83″LS, 105° 6′16.31″BT. Penelitian berfokus pada rekaman foraminifera planktonik dan bentonik dari 69 kedalaman yang dicuplik dari kedalaman 0 hingga 264 cm dengan interval 4 cm, dengan umur Pleistosen Akhir hingga Holosen. Analisis dilakukan dengan metode statistik berupa single fauna method, two or more species, dan whole fauna method. Hasil analisis menunjukkan sebelum deglasiasi (akhir Pleistosen), SPL relatif lebih dingin, aktivitas upwelling lebih tinggi, kedalaman termoklin dangkal, dengan paleoproduktivitas dikendalikan oleh upwelling, sebagai akibat dominasi IOD positif. Setelah deglasiasi (Holosen), SPL relatif menjadi lebih hangat, dengan aktivitas upwelling dan kedalaman termoklin yang mengalami fluktuasi, dengan paleoproduktivitas dikendalikan masukan material terigen dari Laut Jawa dan upwelling. Hal ini mengimplikasikan bahwa peningkatan paleoproduktivitas pada dominasi IOD negatif terjadi akibat terhubungnya Selat Sunda dan Laut Jawa, dengan beberapa interval waktu dominasi IOD positif, contohnya pada interval 6.000 hingga 4.000 tahun lalu.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2023-10-17
How to Cite
BUDIARTO, Eldian Yosua; MARYUNANI, Khoiril Anwar; GUSTIANTINI, Luli. PENGARUH FENOMENA INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP PALEOEKOLOGI DAN PALEOPRODUKTIVITAS FORAMINIFERA DI PERAIRAN SELAT SUNDA PADA WAKTU PLEISTOSEN-HOLOSEN. Bulletin of Geology, [S.l.], v. 7, n. 2, p. 1184-1201, oct. 2023. ISSN 2580-0752. Available at: <https://buletingeologi.com/index.php/buletin-geologi/article/view/244>. Date accessed: 07 sep. 2024.